“Blue Fire di Kawah Ijen Banyuwangi yang selama ini dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia, tiba-tiba kini menghilang sejak Jumat, 21 Oktober 2025. Sehingga menimbulkan kepanikan di kalangan guide dan para wisatawan yang biasanya jadi penikmat Blue Fire tersebut. Tentu saja hal itu menjadi tamparan serius bagi dunia kepariwisataan Banyuwangi dan pihak-pihak lain yang mengklaim sebagai pemilik Blue Fire. Hilangnya Blue Fire tersebut konon sengaja disembunyikan oleh danyang sang penjaga Kawah Ijen sebagai bentuk kemarahannya.”
Kegaduhan tentang hilangnya Blue Fire Kawah Ijen Banyuwangi itu menjadi perbincangan hangat yang penuh kegelisahan menggelayuti kalangan guide dengan rasa panik. Bahkan hal itu diungkapkan oleh salah satu guide melalui pesan suara yang beredar luas. Bahkan hingga sampai di Redaksi Dhuta Ekspresi.
“Selamat siang teman-teman semua sekadar menyampaikan bahwasanya mulai tadi malam Blue Fire sudah tidak bisa kita nikmati lagi alias sudah nggak ada. Jadi cuma ini yang perlu aku sampaikan ke teman-teman semua. Untuk solusinya monggo kita pikirkan bareng-bareng bagaimana,” Begitulah bunyi voice notenya dari salah satu guide tanpa menyebutkan nama.
Menurut seorang spiritual yang dikenal sebagai Ki Sabdo Bahono mengungkapkan, sebenarnya danyang yang menjaga Kawah Ijen sudah lama menahan amarahnya. Karena banyak kerusakan alam yang dilakukan oleh tangan-tangan kotor manusia yang penuh keserakahan.
“Kelompok orang-orang ini yang selama ini haus kekuasaan dan kekayaan. Mereka merusak tatanan alam yang seharusnya tak boleh dirusak. Bahkan faktor ketidakseimbangan alam kini sudah memasuki tahap yang sangat memprihatinkan,” ungkap Ki Sabdo dengan nada lirih.
Adapun mengenai hilangnya Blue Fire di Kawah Ijen tersebut seingatnya terjadi sejak hari Jumat, 21 Oktober 2025. Menurutnya Blue Fire tersebut akan tetap menghilang dari pandangan mata orang-orang biasa dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan.
“Sebenarnya Blue Fire di Kawah Ijen tersebut tidaklah hilang sama sekali. Tapi hanya disembunyikan dari pandangan mata orang-orang biasa. Karena hal itu sebagai bentuk protes sang danyang atas terjadinya kerusakan. Apakah itu bersifat sementara ataukah untuk selamanya, semua tergantung perubahan sifat dan perilaku dari pihak-pihak pemangku kepentingan yang selama ini berbuat serakah dan seenaknya sendiri,” katanya dengan mengisyaratkan pesan bermakna.
Ditambahkanbya, pada tahun 2021 telah terjadi tragedi penyerahan sepertiga Kawah Ijen oleh Bupati Banyuwangi kepada Bondowoso. Hal itu juga telah menyebabkan kemarahan danyang penjaga. Karna secara turun temurun merupakan milik Banyuwangi, namun penguasa telah menyalahgunakan kekuasannya.
“Danyang penjaga Kawah Ijen perlu memastikan dikembalikanbya keutuhan Kawah Ijen ke pangkuan Banyuwangi. Karena jika hal itu diabaikan maka tidak menutup kemungkinan Blue Fire akan tetap disembunyikannya,” pungkas spiritualis yang biasa melakukan ritual di gunung Ijen ini dengan ekspresi yang agak tegang. (tim dhuta ekspresi)









