Warung New Normal kembali mengadakan kegiatan sosial bertajuk “Saatnya Peduli, Saatnya Berbagi” di tengah-tengah ketatnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang bersifat darurat dan mendesak. Sasaran utamanya tak lain adalah, kaum manula, janda-janda serta warga yang tidak mampu secara garis perekonomian.
Jika pemerintah memberikan bantuan kepada rakyatnya merupakan sesuatu yang biasa. Karena di samping memang merupakan suatu kewajiban, juga anggarannya pun bersumber dari rakyat itu sendiri melalui pungutan-pungutan pajak dan lain sebagainya. Itupun kadang masih saja ada oknum-oknum yang berulah menyunat anggaran hingga menyalahgunakannya.
Lantas bagaimana halnya jika rakyat biasa yang tergerak hatinya membantu antar sesama dengan uangnya sendiri?
Adalah sebuah keniscayaan jika pribadi ataupun sekelompok rakyat menaruh kepedulian terhadap sesamanya. Apalagi di saat adanya PPKM Darurat dan mendesak dewasa ini, tak sedikit rakyat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mengingat semua ruang gerak baik pergaulan, perdagangan dan hal-hal lainnya serba dibatasi dengan ketatnya.
Memahami fenomena sosio kemasyarakatan tersebut, keprihatinan sekelompok orang yang membaur ke dalam wadah “Warung New Normal” menjadi terusik. Sehingga secara serta Merta dan berkesinambungan, memproklamirkan seruan “Era PPKM Darurat: Saatnya Peduli, Saatnya Berbagi”.
Gagasan Warung New Normal bukan sekadar jargon kata-kata semata, namun diimplementasikan secara nyata berupa kegiatan sosial. Yakni pada hari pertama, Jumat, 16 Juli 2021 membagikan ratusan nasi kota kepada warga yang membutuhkan di seputar Dusun Sumber Luhur Desa dan Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi
“Pada hari kedua ini (Sabtu, 17 Juli 2021, red.), kami membagikan sejumlah paket berisikan mie instan dan telur di sekitar Dusun Sumber Luhur dan Dusun Sumber Dadi Desa Tegaldlimo Banyuwangi,” ujar Evi Rahayu selaku koordinator Warung New Normal kepada Dhuta Ekspresi di sela-sela kesibukannya.
Seperti biasanya, lanjut Evi, pihaknya membagikan dari rumah ke rumah warga yang memang membutuhkannya. Alasan memilih mendatangi rumah-rumah warga, karena sesuai himbauan protokol kesehatan. Apalagi saat ini sedang ketat-ketatnya penerapan PPKM bersifat darurat dan mendesak.
“Kami tetap lebih memprioritaskan para warga yang tidak mampu, utamanya para manula dan janda-janda yang kategori tidak mampu. Apa yang kami lakukan ini bukan berarti sok mampu, namun hati kecil kami merasa terpanggil untuk turut berbagi sebagai wujud kepedulian kepada sesama,” ungkap wanita berjilbab itu memberikan alasannya.
Mengingat keterbatasan anggaran karena hanya bersumber dari dana pribadi dan beberapa donatur, kata Evi, maka pihaknya dalam menjalankan kegiatan sosial tersebut masih di desa terpencil. Menurutnya, jika anggarannya memadai pihaknya berkeinginan merambah ke desa-desa lainnya.
“Yang terpenting dimulai dari niat baik dulu. Meski untuk sementara masih terbatas di desa kami, namun jika nantinya mendapat dukungan tambahan dari donatur-donatur lainnya, insyaallah kami akan berbagi pula kepada para warga di desa-desa lainnya,” tandasnya.
Dengan segala keterbatasan anggaran, pihaknya mengaku tak putus asa. Bahkan agenda selanjutnya sudah dicanangkan dan dipersiapkan dengan matang.
“Insyaallah agenda berikutnya, kami akan membagikan sayur mayur dan lauk pauk. Yakni berupa bahan-bahan yang belum dimasak. Sehingga warga yang menerima bantuan nanti tinggal memasaknya sendiri,” jelasnya dengan pandangan mata berkaca-kaca. (Tim Dhuta Ekspresi)
Simak juga Penelusuran lewat “Petualangan Wisata Mistis” demi nguri-nguri budaya warisan leluhur, hanya di YouTube LSAP Banyuwangi Channel dibawah ini: