“Eksistensi Kawah Ijen sebagai salah satu ikon kebanggaan masyarakat Banyuwangi, cukup dikenal dan diminati oleh wisawatan domestik dan mancanegara. Destinasi wisata andalan Banyuwangi tersebut juga dikenal sebagai Ijen Geopark, bahkan sudah resmi ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG). Keputusan bulat tersebut dikukuhkan pada Rabu, 24 Mei 2023 melalui Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Perancis. Berikut serpihan catatan sejarah serta keindahan panoramanya yang sudah mendunia.”
KAWAH IJEN yang sebagian lagi masih ke arah barat, di mana kepemilikannya masuk wilayah Kabupaten Banyuwangi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bondowoso. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam 5 peta pada jaman Belanda. Di antaranya, yakni Besoeki Afdeling 1895, Idjen Hooglan 1920, Java Madura 1942, Java Resn Besoeki 1924, Java Resn Besoeki 1924 Blad XCIII C, dan Java Resn Besoeki 1925.
Dalam sejarahnya, gunung Ijen pernah meletus sebanyak lima kali. Di antaranya, terjadi pada tahun 1796, 1817, 1913, 1936 dan terakhir pada tahun 1999. Akibat terjadinya letusan secara berturut-turut tersebut, akhirnya gunung Ijen kehilangan kubahnya yang cukup luas sekali.
Selanjutnya membentuk sebuah danau kawah berwarna hijau tosca yang bersifat asam dengan kedalaman danaunya kurang lebih 200 meter. Sedangkan luasnya mencapai 5.466 hektare. Danau lawah Ijen itupun menjelma sebagai tambang belerang atau sulfur yang menjadi bahan dasar utama untuk produksi obat-obat gatal.
Menariknya lagi, danau kawah Ijen dikenal sebagai danau asam kuat terbesar di dunia. Maka tak mengherankan di antara melimpahnya produktivitas belerang dari kawah Ijen tersebut, setiap harinya terdapat pekerja konvensional. Entah itu sebagai pekerja maupun kuli panggul yang kau lalang membawa bongkahan belerang dengan cara dipikul.
Dengan ketinggian 2.799 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL), Kawah Ijen memiliki ragam fenomena alam serta beragam sumber daya alam lainnya sebagai berikut:
Blue Fire (Api Biru):
Sebuah fenomena alam yang sangat menakjubkan yang mampu mengundang decak kagum wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Yakni adanya keajaiban Blue Fire atau api biru yang keluar dari puncak Kawah Ijen apa saat-saat tertentu, utamanya di malam hari.
Munculnya Blue Fire tersebut disebabkan oleh pembakaran gas belerang yang keluar dari celah-celah kawah pada suhu tinggi. Momen keluarnya Blue Fire pada malam hari atau dini hari inilah yang selalu ditunggu oleh para wisatawan untuk dapat menyaksikan secara langsung. Karena menciptakan pemandangan yang sangat spektakuler.
Landscape Karakteristik:
Secara visual di seputar area Kawah Ijen mempunyai karakteristik pemandangan alam yang mengagumkan. Di antaranya, merebaknya tebing-tebing curam baru belerang mengelilingi danau yang berwarna hijau tosca.
Bahkan pada dini hari, kabut yang super dingin sarat menyelimuti kawah. Sehingga siapapun yang ingin menikmati keindahan Kawah Ijen, seyogyanya membawa perbekalan yang cukup, seperti selimut, jaket tebal atau bekal-bekal yang lainnya.
Begitu juga dengan aktivitas rutin penambangan belerang secara tradisional oleh masyarakat setempat, mempunyai daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang ke lokasi.
Climbing Tour:
Bagi penggemar wisata pendakian atau Climbing Tour, Kawah Ijen merupakan pilihan yang menarik. Karena perjalanan menuju puncak Kawah Ijen memang membutuhkan pendakian yang menantang.
Akan tetapi hasil itu tak pernah mendustai sebuah perjuangan. Mengingat pemandangan indah menanti di puncak Kawah Ijen, tentunya sepadan dengan usaha yang luar biasa. Apalagi para pemandu lokal seperti penambang belerang, akan membantu wisatawan untuk menavigasi jalur pendakian hingga pada tujuan. (tim dhuta ekspresi)