“Di balik euphoria gemerlapnya peradaban milenial, ada kalanya orang terjebak dalam retorika. Apalagi saat menggapai puncak tahta, melimpahnya harta berana serta godaan-godaan kaum hawa ataupun kaum adam. Ironisnya hingga ada yang terdampar dalam dekadensi moral yang memprihatinkan.”
Fenomena seperti yang terurai diatas tersebut telah mengilhami ide cerita yang mewarnai film serial Kampung ACLaK (Aliansi Cendekiawan Lare Kampung). Dengan berbagai pertimbangan dan pendalaman tematikalnya, akhirnya menjelmalah pilihan judul “Cinta Di Ujung Dupa”.
Menurut Ketua LSAP (Lentera Seni Akting Dan Perfilman) Banyuwangi, Denny Sun’anudin memaparkan, sebagai pihak yang memproduksi fi Cinta Di Ujung Dupa telah mematangkan segala sesuatunya. Bukan hanya menyangkut perihal alur cerita dan selektivitas tim kreatif namun juga para calon pemainnya.
“Film berjudul Cinta Di Ujung Dupa ini menggambarkan sebuah problematika yang dialami oleh banyak orang. Dimana jika seseorang itu mengalami dekadensi moral, maka ia takan lagi dapat menghargai nilai-nilai cinta dan kesetiaan. Nah, disinilah yang menjadi penyebab akar problema,” ujar Denny selaku pencetus ide cerita sekaligus penulis skenarionya.
Yang menarik dalam film Cinta Di Ujung Dupa ini, lanjut Denny, yaitu terjadinya keretakan bahtera rumah tangga akibat adanya pihak ketiga dengan memainkan peranan seorang dukun. Meskipun alur cerita diwarnai ketegangan namun dari beberapa scene-nya ada sisipan-sisipan komedi elegan secara natural.
“Dalam mengatasi problematikanya, orang yang merasa berevolusi dalam peradaban milenial ternyata faktanya masih membutuhkan bantuan penanganan dari orang pintar di Kampung ACLaK. Walau sebelumnya sempat mendatangi orang yang mengaku dukun namun berujung gegeran,” urai Denny yang sekaligus selaku sutradara dalam film tersebut.
Sedangkan Pimpro dan Asisten Sutradara, Ansori Yasmara mengungkapkan, dalam penggarapan film Cinta Di Ujung Dupa semuanya menggunakan peralatan sendiri. Mulai dari kamera hingga perlengkapan yang lainnya secara mandiri.
“Dari Tim Kreatif yang terbentuk sudah melakukan koordinasi rutin dengan baik dan berhasil menyatukan persepsi. Alhamdulillah sudah tidak ada masalah yang perlu diperdebatkan lagi. InsyaAllah bulan Juni nanti kami akan memulai take film Cinta Di Ujung Dupa di beberapa lokasi pilihan,” terang Yasmara penuh keyakinan.
Adapun mengenai para calon pemain, Yasmara mengaku sudah menemukan talenta-talenta yang sesuai karakter dalam cerita. Dikatakannya, pihaknya melakukan seleksi dari beberapa kolega yang sudah terjalin hubungan baik sebelumnya.
“Jadi kami tak perlu mengadakan Open Casting untuk mencari calon pemain. Karena sudah mempunyai deretan talenta pilihan dan dapat diandalkan dalam perannya masing-masing,” pungkasnya. (tim dhuta ekspresi)