MALAM JUMAT KERAMAT || Misteri Pohon Bercabang Dua Lambang Pertemuan Tawang Alun Dengan Macan Putih

Tampak Ki Ageng Panjare bersama Jupel Mbah Saji saat Petualangan Wisata Mistis di malam Jumat Keramat Candi Puncak Agung Macan Putih Rowo Bayu Songgon Banyuwangi

“Tak berlebihan memang jika Rowo Bayu Songgon Banyuwangi Jawa Timur, menyembunyikan selaksa misteri. Bahkan diyakini pula oleh para pelaku spiritual ada titik sakral sebagai koordinat pertemuan antara Tawang Alun dengan sosok jelmaan Macan Putih. Selanjutnya atas petunjuk seseorang yang kesurupan roh Macan Putih akhirnya dibangunlah sebuah Candi Puncak Agung Macan Putih di puncak Rowo Bayu Songgon Banyuwangi.”

ROWO BAYU tak sekadar objek wisata bagi masyarakat umum, namun juga dijadikan pilihan tempat ritual bagi para pelaku spiritual. Karena di masa lalu, keberadaan Wana Bayu yang terletak di Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi itu terhubung erat dengan sejarah perjalanan spiritual Tawang Alun pendiri Kerajaan beenama Macan Putih.

Read More

Dalam penggalan sejarah, pada tahun 1659 Tawang Alun meninggalkan gemerlapnya singgasana Kerajaan Kedawung dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada adiknya Mas Wilo atau Raden Wilobroto. Tujuan utama Tawang Alun bersama 40 pengikut setianya menuju Wana Bayu mencari kedamaian seraya mendirikan sebuah pedukuhan. Karena berkembang cukup pesat, akhirnya banyak rakyat kerajaan Kedawung yang berdatangan dan mengikuti jejak Tawang Alun bertempat tinggal di Sana Bayu.

Beberapa tahun berikutnya, setelah menjalani ritual panjang seraya bermeditasi, di tengah keheningan malam Tawang Alun mendapatkan bisikan gaib. Pada awalnya Tawang Alun mengabaikannya, namun bisikan gaib tersebut terus terdengar begitu jelas dan menyakinkan.

“Wahai Tawang Alun, bangunlah. Langkahkan kakimu ke puncak menuju arah ke timur utara. Nanti engkau akan bertemu dengan sosok Macan Putih. Naiklah ke atas punggungnya, nanti engkau akan diantarkan ke sebuah tempat tujuanmu. Disitulah akan dimulainya sebuah perubahan hidupmu.“ Begitulah bisikan gaib yang terdengar di telinga Tawang Alun secara berulang-ulang.

Saat menyudahi meditasi dalam ritualnya dan membuka mata, Tawang Alun lantas mengikuti arahan sesuai petunjuk bisikan gaib tersebut. Ternyata benar, saat mencapai puncak Wana Bayu atau Rowo Bayu, tampak ada Macan Putih cukup besar sudah menunggu. Sembari mengumpulkan keyakinan dan keberanian, Tawang Alun pun naik ke pundak Macan Putih.

Tonton juga video video terkait dibawah ini:

Dengan gerakan secepat kilat, Macan Putih berhenti dan Tawang Alun pun turun dari pundaknya. Namun tiba-tiba Macan itu melecut (baca: menghilang). Selanjutnya tempat tersebut dikenal sebagai Pelecutan atau tempat menghilangnya Macan Putih. Lalu di seputar area itulah Tawang Alun mendirikan sebuah kerajaan megah yang selanjutnya diberi nama Kerajaan Macan Putih pada tahun 1667.

Menurut Jupel (Juru Pelihara) Rowo Bayu, Mbah Saji ketika menjadi narasumber Petualangan Wisata Mistis pada malam Jumat keramat menjelaskan, dibangunnya Candi Puncak Agung Macan Putih memiliki cerita tersendiri. Dikatakannya, awalnya ada seorang wanita dari Bali sedang mengalami kesurupan roh Macan Putih. Wanita tersebut memberi petunjuk tentang lokasi bertemunya Tawang Alun dengan Macan Putih beserta lambangnya.

Tonton juga video terkait dibawah ini

“Saat sedang kesurupan roh Macan Putih, wanita tersebut memberi petunjuk adanya pohon besar bercabang dua. Dan di area tersebut tempat bertemunya Tawang Alun dengan Macan Putih jelmaan. Sedang pohon bercabang dua mengisyaratkan makna bahwa cabang yang berdiri tegak itu perlambang keberadaan Rowo Bayu. Sedangkan cabang satunya yang mengarah ke selatan sebagai petunjuk jalur gaib menuju ke pantai selatan,” ungkap Mbah Saji sembari tangannya menunjuk ke arah pohon bercabang dua tersebut.

Sesuai dengan saran seorang dokter dari Bali yang memiliki kemampuan bathin mumpuni dan datang langsung ke lokasi Rowo Bayu, lanjut Mbah Saji, memintanya untuk dibangun sebuah candi sebagai perlambang. Kebetulan saat itu Bupati Banyuwangi dijabat oleh Ratna Ani Lestari periode 2005 – 2010. Sebagai wujud dedikasi, akhirnya dibangunlah Candi Puncak Agung Macan Putih yang sakral dan berdiri megah hingga saat ini.

“Candi Puncak Agung Macan Putih ini merupakan tempat yang sakral. Sehingga banyak para pelaku spiritual baik dari Banyuwangi, Bali dan daerah lainnya datang kesini melakukan ritual khusus masuk ke dalam. Jadi tidak boleh bermain-main sembarangan. Namun pernah ada kejadian seorang ustadz dari Rogojampi minta ijin masuk. Anehnya tak seberapa lama ia lari keluar sambil ketakutan. Katanya ada kaki raksasa cukup besar hendak menginjak-injak dirinya. Ternyata dia saat di dalam candi Macan Putih itu nggerandong minta nomor. Akhirnya diberi pelajaran,” ujar Mbah Saji secara berterus terang. (tim dhuta ekspresi)

banner 728x90

Related posts

banner 400x130

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *