Sekilas Sejarah Gandrung Sewu Banyuwangi, Beginilah Kronologinya … 

Ribuan penari Gandrung dari kalangan muda turut memeriahkan perhelatan Festival Gandrung Sewu di Pantai Boom Banyuwangi

“Sebagai Kabupaten yang berada paling ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi tak bisa terlepas dari eksistensi Seni Gandrung. Bahkan karena karakteristiknya Gandrung telah menjelma sebagai maskotnya wisata Banyuwangi. Yang lebih fenomenal lagi, setiap tahun secara rutin digelar perhelatan Gandrung Sewu dengan mengangkat tema-tema beragam yang berbasis kearifan lokal. Berikut sekilas uraian sejarahnya … “

Munculnya istilah Gandrung Sewu dalam salah satu rangkaian Banyuwangi Festival, karena melibatkan ribuan penari Gandrung dengan berbagai katae belakangnya. Sedangjan tarian tradisional khas Banyuwangi yang disematkan sebagai “Gandrung Sewu” tersebut pertama kali digelar pada tahun 2012.

Read More

Dalam kilasan sejarahnya, tarian Gandrung pada awalnya sebagai upaya pemersatu dengan rasa cinta dan kasih sayang. Di samping juga sebagai implementasi ritual syukur atas hasil panen kepada Dewi Sri.

Pada mulanya, sekitar tahun 1850 an penari Gandrung adalah sosok laki-laki yang dikenal bernama Marsan. Akan tetapi pada tahun 1895 berubah menjadi penari perempuan dengan munculnya Semi. Sehingga mbah Semi dikenal sebagai pelopor penari pertama dari kalangan perempuan. Hingga sekarang tumbuh berkembang dengan pesatnya.

Sebagai catatan penggalan sejarah, tarian Gandrung ini berawal dari bentuk ritual dan hiburan yang diciptakan untuk mengiringi pembabatan hutan. Adapun penari awalnya dilakukan oleh sosok laki-laki yang berdandan layaknya seorang wanita dengan busana khasnya.

Pada perkembangannya, sekitar tahun 1895 ada seorang gadis bernama Semi jatuh sakit. Ibunya, yaitu Mudah mengucapkan nazar bahwa jika Semi sembuhnakan dijadikan penari. Akhirnya setelah sembuh, maka Semi menjadi penari sekaligus menjadi pelopor penari Gandrung perempuan.

Dengan hadirnya Semi sebagai pelopor penari Gandrung perempuan tersebut, maka hal itulah telah menandatangani terjadinya perubahan tradisi dari penari laki-laki menjadi penari perempuan. Semi pun menjadi ikon dalam Seni tari Gandrung.

Yang tak bisa dipungkiri lagi dan seiring waktu, karakteristik tarian ini telah menjadi simbol identitas masyarakat Banyuwangi. Bahkan sejak tahun 1970 an, tari Gandrung berkembang hingga banyak orang yang bukan dari keturunan penari sebelumnya ikut mempelajarinya.

Lalu pada tanggal 17 November 2012 menjadi tonggak sejarah pertama kalinya digelar Festival Gandrung Sewu bertempat di Pantai Boom, Banyuwangi. Dalam Gandrung Sewu perdana tersebut diikuti oleh sekitar 1.044 penari dari kalangan pelajar.

Dengan digelarnya Gandrung Sewu perdana tersebut, bertujuan untuk memperkenalkan dan menjaga kelestarian tari Gandrung yang sangat kaya akan nilai budaya dan sejarahnya kepada masyarakat luas. Baik kepada masyarakat Banyuwangi khususnya maupun masyarakat luar Banyuwangi pada umumnya.

Dalam perhelatan Festival Gandrung Sewu ini tidak hanya menampilkan tarian, tetapi juga drama kolosal yang mengisahkan sejarah tarian Gandrung. Selain itu ada nilai filosofi di balik Tarian Gandrung Sewu ini. Yakni menggambarkan rasa syukur, semangat kebersamaan, dan perjuangan masyarakat seraya nguri-nguri budaya warisan leluhur.

Sehingga tak mengherankan dalam setiap tahunnya, penyelenggaraan Gandrung Sewu selalu dimeriahkan ribuan penari Gandrung. Bahkan yang berpartisipasi dalam Gandrung Sewu dari berbagai usia, menampilkan keindahan gerak tarian secara massal yang mengagumkan. Sehingga digandrungi oleh berbagai kalangan dari penjuru nusantara dan mancanegara. ***

banner 728x90

Related posts

banner 400x130

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments

  1. Festival Gandrung Sewu pertama kali digelar tahun 2012 yang bertujuan untuk mempromosikan kebudayaan Banyuwangi, khususnya Gandrung, ke khalayak yang lebih luas termasuk internasional